Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2
Nama : Safrizal
NPM : 26111549
Kelas : 3KB03
Nama : Safrizal
NPM : 26111549
Kelas : 3KB03
PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi
– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir
yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak
akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya
pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi
dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau
dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan
proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Analogi
Manusia membentuk model mental tentang
konsep melalui pengalaman. Manusia menggunakan model ini melalui
penalaran analogi untuk membantu memahami suatu masalah/situasi. Mereka
lalu menarik analogi diantara masalah dan model, mencari kesamaan dan
perbedaan untuk dapat menyimpulkan.
Sebagai contoh:
Misalkan seorang dokter yang sudah
puluhan tahun praktek, maka pengalamannya dalam bentuk kasus-kasus sudah
sedemikian banyaknya. Bila kasus-kasus tersebut dapat disimpan secara
cerdik dalam database kasus, maka dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
masalah baru bagi pasien baru tanpa dokter itu hadir (otomasi). Pasien
baru memasukan karakter berikut data-data (keluhan) dari sakitnya,
kemudian sistem mencari kasus pasien lama yang serupa keluhannya untuk
ditampilkan solusinya, yaitu obat beserta dosisnya. Pengalaman adalah
guru terbaik, maka pengalaman perlu disimpan secara cerdik untuk
memecahkan persoalan baru yang mirip!
Akal Sehat (Common-sense)
Lewat pengalaman, manusia belajar
memecahkan persoalan secara effisien. Mereka menggunakan akal sehat
untuk dengan cepat menarik kesimpulan. Akal sehat lebih cenderung
berdasar pada kebijakan-kebijakan (judgments) yang baik daripada logika
yang eksak. Contoh akal sehat adalah: Di suatu bengkel ditemukan suara
klik-klik-klik dalam mesin sepeda motor, seorang montir yang
berpengalaman, tanpa membongkar mesinnya, langsung dapat menyimpulkan
bahwa ring piston pada silinder mesin itu perlu diganti. Pengetahuan
akal sehat ini diperoleh dari pengalamannya mengerjakan banyak sepeda
motor selama bertahun-tahun. Jenis pengetahuan seperti ini disebut
sebagai heuristik (heuristic) atau rule-of-thumb. Akal sehat tidak
menjamin ditemukannya solusi, namun ia menjamin kecepatan menemukan
solusi.
Penalaran Tidak Monoton (non-monotonic)
Penalaran pada suatu masalah pada umumnya menggunakan informasi yang
statis, artinya selama melakukan penyelesaian masalah, keadaan (nilai
benar atau salah) bermacam fakta dianggap tetap konstan. Penalaran
semacam ini disebut sebagai penalaran monoton (monotonic reasoning).
Dalam beberapa masalah, ditemukan bahwa keadaan beberapa fakta
(variabel) bersifat dinamis, sebagai ilustrasi adalah aturan sbb.:
IF Angin berhembus
THEN Kursi goyang akan berayun
Kemudian coba amati kejadian berikut, lalu apa yang terjadi dengan aturan diatas:
Hei, ada angin topan! -> ada Angin berhembus -> Kursi berayun
Seiring berlalunya angin topan, kita berharap kursi berayun. Namun,
saat angin topan telah berlalu, kita berharap bahwa kursi sudah berhenti
berayun. Namun sistem yang menggunakan penalaran monoton akan tetap
menganggap bahwa kursi tetap berayun!
Manusia dengan ke enam inderanya tidak merasa sulit untuk mengikuti
perubahan status informasi variabel yang dinamis. Bila terjadi perubahan
yang dinamis, mereka dengan mudah menyesuaikan diri. Gaya penalaran
semacam ini disebut penalaran yang tidak monoton. Untuk bidang AI,
seperti expert system, dibutuhkan suatu sistem untuk memelihara kebenaran yang dinamis bila ingin melakukan penalaran yang tidak monoton.
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
- http://pbsabn.lecture.ub.ac.id/2012/05/penalaran-manusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar